Ada cerita ganjil. Waktu mau pulang ke Hindia Belanda (Indonesia), eh,, gong besar ketinggalan di Belanda. Padahal, Gong tsb tadinya sengaja dipesan khusus dari pengrajin kesohor dari Kampung Gending, Kelurahan Kota Kulon, Kec. Sumedang Selatan. Konon, ada kisah mistisnya gong tsb sewaktu-waktu bunyi sendiri kesepian di Belanda, bikin kaget org yg menyimpannya, seolah-olah nangis ingin pulang berkumpul dengan teman2nya di grup gamelan Sari Oneng.
Akhirnya… 200 tahun kemudian… gong tsb dipulangkan oleh pemerintah Belanda. Gong kembali berkumpul bersama teman2nya yang sekarang tersimpan di museum Geusan Ulun Kota Sumedang.
Kisah 2 orang Holle bersaudara (di Sukabumi dan Garut ini) kayaknya lebih nyeniman ketimbang sbg tuan tanah kebun. KF Holle hidup tanpa istri, dlm kondisi sakit2an ia numpang di saudaranya di Bogor. Meninggal usia 67 tahun, tanggal 3 Mei 1896. Dikubur di Tanah Abang Jakarta.
Salah satu hal besar yang saat ini masih kelihatan di Bandung, ia mendirikan Sakola Raja (Sakola Menak, kweekschool, di jalan Merdeka Bandung yg sekarang jd SDN Banjarsari.
BACA JUGA : Sejarah Perang Gemuyang Masyarakat Gayo Lues Melawan Belanda
Untuk menghargai jasa-jasa Holle — lidah garut biasa menyebutnya Tuan Hola — pada tanggal 29 Oktober 1899 diresmikan tugu KF Holle di alun-alun Garut. Sayangnya, tahun 1942 patung tsb dihancurkan Jepang.
Barulah 59 tahun kemudian, tgl 24 Juli 2001, dibuat replika tugunya oleh keturunannya yg datang dari Belanda. Tugunya dipasang bukan di alun-alun Garut seperti sebelumnya, melainkan di perkebunan teh Giriawas Cisaruni, Cikajang Garut, dianggap dulu ia pernah jadi administratur, yg sekarang wilayah PTPN VIII.
- Mengutip Dari Berbagai Sumber: Teh Java Preanger 2014, Preanger Planters (Her Suganda), Album Garut Tempo Doeloe (Sudarmono Katam), Semerbak Harum Bunga di Bandung Raya (Haryoto Kunto).
