Oleh: Andre Vincent Wenas
Radar Nusantara, Garut, Jawa Barat – “Window of opportunity” yang kita punyai cuma 3 masa kepemimpinan kedepan. Ini berkaitan dengan bonus demografi. Lewat masa yang disebut sebagai jendela kesempatan, maka daun jendela itu tertutup sudah.
Berita Lainnya
Ini soal hard-facts, fakta keras yang kita punyai. Tergantung hati nurani disertai keberanian dan otak cerdas bangsa Indonesia untuk mengolahnya menjadi energi yang bisa mengentaskan kita dari jebakan “middle-income trap”.
Kita sudah berada di status “middle-income” dengan hitungan sederhana GDP per capita sekitar USD 4 – 5 ribu di tahun 2023 ini. Presiden Joko Widodo mengatakan ia sudah mempelajari beberapa negara di dunia yang terjebak dalam apa yang disebut “middle income trap” ini, kenapa mereka bisa sampai seperti “lumpuh” begitu.
Bergembira karena berhasil masuk kriteria ini, tapi tak pernah bisa keluar dari lingkaran ini. Sepertinya terperangkap untuk terus menerus bergembira di status-quo sebagai negara berkembang terus menerus.
Siapa pihak yang berkepentingan untuk kita tinggal di status-quo ini? Pihak internal maupun eksternal. Mereka yang menikmati “keluguan” bangsa Indonesia dalam mengolah segala sumber daya yang dimilikinya. Ya, pihak internal di negeri sendiri maupun eksternal dari negara lain. Ini yang disebut sebagai hambatan atau tantangan riil kita.
BACA JUGA : Tiga Poros Capres-Cawapres yang Diusung Tiga “Dinasti Politik”
Dalam analisa “pareto-principle”, hilirisasi industri pertambangan adalah salah satu yang urgen. Nikel, disamping bauksit sebagai kelanjutannya. Apakah dengan mengekspor mentahan kita untung? Ya, jelas untung. Tapi produk olahannya bakal jauh lebih menguntungkan. Ini yang jadi kunci lepas landas dari jebakan “middle-income trap”. Nilai tambah yang jauh berlipat-lipat bisa mendongkrak Indonesia ke rivalitas negara-negara maju.
“Multiplier-effect” secara keekonomian adalah kuncinya. Sambil terus menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Revolusi mental manusia-manusia Indonesia yang profesional, lebih cerdas, lebih beradab dan berbudaya. Sebuah proses panjang yang tak boleh ada jedanya. Membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Dalam konteks ini Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, menghimbau anak muda agar mau masuk dalam kancah politik, ini penting untuk menyelamatkan masa depan milik mereka sendiri. Demi membangun Indonesia yang hebat.