Radar Nusantara, Jakarta – Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yane Bima Arya menekankan pentingnya para pengurus DWP untuk senantiasa belajar. Menurutnya, berbagai pertemuan yang diselenggarakan DWP bukan semata-mata kewajiban, melainkan kebutuhan. Di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks, pengurus DWP memerlukan bekal ilmu dan bimbingan untuk terus berkembang.
Hal tersebut disampaikannya dalam kegiatan Peringatan Hari Kartini dan Pengukuhan Pengurus DWP Unit Kerja Lingkup Kemendagri Masa Bakti 2024–2029 yang berlangsung secara hybrid dari Aula Gedung F Lantai 4 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemendagri, Jakarta, Rabu (16/4/2025).
“Kalau kita tidak banyak belajar, tidak sering-sering melakukan pertemuan seperti ini, mengundang para ahli, kita akan babak belur. Karena cita-cita kita semua sama, memiliki keluarga yang harmonis. Tapi mudah atau tidak? Tidak bagi mereka yang tidak mau belajar,” katanya.
Dia menambahkan, berbagai fenomena sosial yang terjadi saat ini sangat kompleks. Tanpa bekal ilmu yang memadai, pengurus akan kesulitan menyikapinya. Ia menilai, pertemuan yang diselenggarakan DWP dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas diri, kemampuan, dan mendorong perubahan positif.
“Kalau kita mendengar virus penyakit, virus penyakit itu ada di mana-mana. Kita pun bisa kena kalau daya tahan tubuh kita lemah. Fenomena sosial terjadi ketika ada virus sosial. Kalau kita tidak kukuhkan, tidak tancapkan keimanan kita, kita juga pasti akan kena,” ungkapnya.
Yane juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap etika organisasi. Menurutnya, pengurus DWP perlu memahami dan mengajarkan etika organisasi agar dapat menjadi teladan. Dia berharap para pengurus DWP unit kerja di lingkup Kemendagri dapat memberikan pelatihan tentang etika organisasi kepada seluruh anggota.
“Saya berharap keluarga besar Dharma Wanita Persatuan di lingkup Kemendagri ini memahami tentang etika-etika organisasi tersebut. Karena yang akan nampak, apa yang bisa kita lihat dari anggota semua itu, jika kita memahami apa yang namanya etika organisasi,” ujarnya.
Acara tersebut turut dirangkaikan dengan webinar bertema “Membina Rumah Tangga yang Harmonis antara Suami Istri” dengan narasumber dr. Aisah Dahlan, CMHt., CM.NLP. Dalam paparannya, Aisah menjelaskan pentingnya memahami karakter laki-laki dan perempuan dari sudut pandang neuropsikologi guna menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
Tema tersebut diharapkan menjadi pelajaran bagi para peserta dalam membina keluarga yang harmonis dan saling mencintai, meskipun terkadang muncul konflik. Justru melalui konflik itulah kasih sayang antarpasangan dapat semakin terasah.
Aisah juga menjelaskan bahwa kata “harmonis” berasal dari kata “harmoni” yang berarti keselarasan dan saling keterkaitan, serta mencerminkan sikap saling menghargai perbedaan.
“Hubungan harmonis apa? Hubungan harmonis adalah hubungan yang dijalin dengan penuh kasih sayang, saling memahami, saling menghormati, kemudian saling mendukung. Nah, inilah harmonis,” tandas Aisah.
Eksplorasi konten lain dari Radar Nusantara
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.