Dalam geopolitik yang supra dinamik, lanjut Ketua Depinas SOKSI ini, tingkat pemerataan produksi dan distribusi yang belum optimal serta perubahan iklim ekstrim mengharuskan Indonesia segera berbenah dalam pengelolaan pangan hingga penyimpanan, selain tentunya kelola produksi berkelanjutan.
Lebih lanjut, Dina Hidayana mengingatkan, potensi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, yang telah terbukti saat pra kolonialisme, namun ironisnya justru berubah menjadi negara importir pasca kemerdekaan RI, bahkan masuk jajaran Top Rank Importir Pangan.
“Indonesia perlu introspeksi untuk segera merubah posisi importir menjadi produsen yang disegani, terkhusus hal Pangan utama, contohnya : impor beras Indonesia Tahun 2023 di rangking kedua terbesar dunia, sangatlah tragis bagi negara dengan berbagai anugrah yang melimpah,” ujar Dina.
BACA JUGA : Panglima TNI Terima Audiensi Ketua Komnas HAM
Dina mencatat berbagai fenomena dan data yang menunjukkan ketidaksiapan pemerintah di berbagai belahan bumi atas kelola pangan baik dalam kondisi damai maupun perang, akan berpotensi memantik dan mengeskalasi kejatuhan rezim serta menuai konflik yang berujung pada peperangan.
“Pengelolaan pangan yang tepat dari hulu ke hilir, sistem produksi yang mumpuni berwawasan ekoholistik futuristik, serta pengaturan pasca panen, baik itu olah produk, penyimpanan sekaligus distribusinya akan mengatasi persoalan mendasar masyarakat” pungkas Dina.
Jurnalis : Edo lembang
Eksplorasi konten lain dari Radar Nusantara
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.